Monday, June 17, 2013

Pengalaman ziarah "Totombok"

Sekitar setahun yang lalu, saya dan beberapa teman pergi ke sebuah tempat ziarah yang katanya disana pemandangannya indah serta udaranya sejuk sekali. Karena katanya tempat itu dekat dengan kaki Gunung Ceremai. Tempat itu terletak di desa Cisantana, Kuningan. Maka kami bertiga pun pergi ke tempat tersebut dengan menggunakan bus, yaitu bus jurusan Bandung-Cirebon, karena tidak ada yang langsung ke Kuningan. Maka kami harus naik 2x bus. Akhirnya kami pun berangkat dari Bandung pukul 10 pagi. Jalanan macet sekali saat itu. Akhirnya setelah 4 jam, kami pun tiba di Cirebon, dan kemudia kami naik lagi bus kecil menuju Kuningan. 1 jam kemudia kami sampai di Kuningan, dekat Cigugur. Lalu kami bertanya pada penduduk setempat bagaimana untuk bisa ke tempat ziarah Cisantana. Si mamang bilang kalau kami harus naik ojek. Maka kami pun mengambil 3 ojek kesana. 15 menit berlalu dan kami sampai di tujuan. Langsung kami pun mencari tempat Jalan Salib, yang mana setelah 14 perhentian/ stasinya kami akan langsung menuju Gua Maria.Yang bikin terkejut adalah ternyata Jalan Salibnya sangat menanjak, seperti kita harus mendaki bukit, tak heran penduduk sekitar menyebutnya "Totombok". Sungguh sangat melelahkan, karena ada 14 stasi yang harus dilewati dan jalannya semakin menanjak. Tapi untung kami tidak beribadat Jalan Salib sendiri karena ada juga beberapa peziarah dan umat sekitar yang ikut prosesi ini.
Ini foto salah satu stasi yang sempat kami abadikan sebagi kenang-kenangan. Pada akhirnya singkat cerita, setelah 1 jam lebih kami beribadat prosesi Jalan Salib, kami pun tiba di Gua Maria, namanya yaitu Gua Maria Sawer Rahmat (Gua Maria yang penuh berkat). Sungguh suatu tempat di atas bukit yang sangat indah dan sejuk. Tak lupa di situ kami pun berdoa atas segala kenikmatan ini. Kami pun mengunjungi kapel di dekat situ untuk berdoa juga dan istirahat sejenak sebelum akhirnya turun kembali. Jalur pendakian dan turun Totombok dibedakan agar peziarah yang naik dan turun tidak "paadu" atau "pasalingsingan".
Setelah turun kami pun memutuskan untuk menginap di hotel dekat situ, karena hari sudah malam. Baru keesokan harinya kami pulang kembali ke Bandung dengan membawa banyak kenangan dan juga berkat dari peziaran kami tersebut.
Segitu mungkin cerita singkat pengalaman saya di Totombok yang sungguh berkesan di hati. Semoga cerita ini bermanfaat bagi semuanya. Akhir kata saya ucapkan terima kasih. Mugia berkah sareng rahmat ti Gusti urang Yesus nyarengan anjeun sadayana. Amin







 (Karya orisinil Deki Bagus H)

Bintang Timur Gemilang


Oo Bintang gilang-gemilang
Sang Bintang yang menerangi dunia raya
Oo Sang Terang Dunia
Terang dari segala terang
Keturunan Raja Besar Daud
Sang Bintang Timur Gemilang

Raja baru bagi Israel
Sang Ilahi yang telah turun
Dari Surga Mulia
Menjadi penerang segenap dunia
Ya, Kau Sang Bintang Gemilang

Yesus Yesus Kau Sang Terang itu
Terang dari Terang
Allah yang benar dari allah benar
Dalam rupa manusia
Kau menebus dunia dengan Darah-Mu
Allah Allah, apakah kami ini hingga Kau mau menebus kami ?

Oo Bintang Gemilang
Raja Semesta Alam
Segala mahluk menyembah Dikau
Malaikat, manusia, gunung
Semua tunduk sujud di bawah kaki-Mu
Ya Yesus ampunilah kami
Ampunilah kami Ya Bintang Gemilang

Ooo Bintang Gilang-Gemilang
Yesus Kristus Tuhan dan Allah
Salam bakti bagi-Mu

(puisi orisinil karya Deki Bagus H)

Thursday, June 13, 2013

APA ITU ADORASI SAKRAMEN MAHAKUDUS?
 
Ketika kamu maju untuk menerima Komuni Kudus di gereja, pernahkah kamu bertanya kepada dirimu sendiri, “Apakah yang aku makan?” Wah, itu pertanyaan yang salah! Komuni Kudus bukan suatu benda!

Seharusnya kamu bertanya, “Siapakah yang aku terima?” Komuni Kudus adalah seorang pribadi. Yaitu pribadi Yesus dari Nazaret - orang yang sama yang dilahirkan pada hari Natal dan yang wafat disalib, Putra Tunggal Allah yang Kekal.

Orang sering melupakan hal ini karena Komuni tidak seperti seorang manusia atau pun suatu makhluk ilahi. Ketika kita menerima Komuni Pertama kita, mungkin kita memikirkannya, tetapi kemudian kita segera lupa akan hal tersebut.


Gereja melakukan sesuatu untuk mengingatkan kita, yaitu dengan “Adorasi”. Adorasi membantu kita menyadari bahwa Tuhan sungguh nyata hadir secara pribadi dalam Sakramen Mahakudus. Imam mentahtakan Hosti Kudus dalam suatu tempat yang disebut monstran (artinya `mempertontonkan'). Kita bersembah sujud pada Yesus. Kita mengatakan pada-Nya betapa kita mencintai-Nya dan menyembah-Nya. Inilah yang disebut “Adorasi Sakramen Mahakudus”. Kita tidak menyembah roti, tetapi kita menyembah Putra Allah.

Pada akhirnya, Yesus Sendiri memberkati kita secara pribadi. Sesungguhnya, bukan imam yang memberkati, melainkan Tuhan Sendiri. Damai Tuhan menyertaimu selalu. (Amien)
GEREJA TERTUA DI TANAH AIR


Sebagai seorang umat Katolik Roma, khususnya di Keuskupan Bandung, saya akan membahas sedikit tentang gereja-gereja tua yang ada di Indonesia, diantaranya adalah :

1. Gereja Katedral Jakarta (nama resmi: Santa Maria Pelindung Diangkat Ke Surga, nama Belanda : De Kerk van Onze Lieve Vrouwe ten Hemelopneming) adalah sebuah gereja Katolik di Jakarta. Gedung gereja ini diresmikan pada 1901 dan dibangun dengan arsitektur neo-gotik dari Eropa, yakni arsitektur yang sangat lazim digunakan untuk membangun gedung gereja beberapa abad yang lalu.
Gereja yang sekarang ini dirancang dan dimulai oleh Pastor Antonius Dijkmans dan peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Provicaris Carolus Wenneker. Pekerjaan ini kemudian dilanjutkan oleh Cuypers-Hulswit ketika Dijkmans tidak bisa melanjutkannya, dan kemudian diresmikan dan diberkati pada 21 April 1901 oleh Mgr. Edmundus Sybradus Luypen, SJ, Vikaris Apostolik Jakarta.
Katedral yang kita kenal sekarang sesungguhnya bukanlah gedung gereja yang asli di tempat itu, karena Katedral yang asli diresmikan pada Februari 1810, namun pada 27 Juli 1826 gedung Gereja itu terbakar bersama 180 rumah penduduk di sekitarnya. Lalu pada tanggal 31 Mei 1890 dalam cuaca yang cerah, Gereja itu pun sempat roboh.
Pada malam natal, 24 Desember 2000, Gereja ini menjadi salah satu lokasi yang terkena serangan ledakan bom.

2. Gereja Katedral Bogor mempunyai nama paroki resmi Santa Perawan Maria. Beralamat di Jalan Kapten Muslihat Nomor 22, Bogor.
Awalnya merupakan sebuah gereja Paroki Bogor yang termasuk dalam wilayah Prefektur Apostolik Sukabumi. Bersamaan dengan berubahnya status Prefektur Apostolik Sukabumi menjadi Keuskupan dengan nama Keuskupan Bogor. Gereja Paroki Bogor kemudian dijadikan sebagai Gereja Katedral Keuskupan Bogor.

3. Gereja Katedral Bandung, atau Katedral Santo Petrus, adalah sebuah gereja yang terletak di Jalan Merdeka, Bandung, Indonesia. Bangunan ini dirancang oleh Ir. Charles Proper Wolff Schoemaker dan bergaya arsitektur neo-Gothic akhir. Dilihat dari atas, bentuknya menyerupai salib yang simetris. Katedral Santo Petrus mempunyai luas tanah sebesar 2.385 m² dan luas bangunan sebesar 785 m².
Gerejanya sendiri diberi nama St. Franciscus Regis pada tanggal 16 Juni 1895. Setelah Bandung memperoleh status gemeente (setingkat kotamadya) pada 1906, diputuskan untuk membangun bangunan gereja baru. Pembangunan bangunan yang baru dilaksanakan sepanjang tahun 1921. Katedral ini lalu diberkati pada 19 Februari 1922 oleh Mgr. E. Luypen.

Ketiga gereja Katedral tersebut diatas adalah gereja-gereja Katolik tertua yang ada di Tanah Air Indonesia. Saya berharap dengan adanya artikel ini bisa menambah pengetahuan umat mengenai sejarah gereja Katolik, gereja kita semua. Akhir kata saya ucapkan terima kasih. Semoga damai sejahtera Tuhan kita Yesus Kristus menyertai anda sekalian. Alleluya!